
Demikian menurut riset dari para peneliti di Ohio State.
Mulai dari Romeo and Juliet hinggaTitanic, memiliki akhir cerita yang tragis, dengan kematian yang memisahkan kedua pasangan yang dimabuk asmara. Walau berakhir dengan kesedihan, para peneliti menemukan bahwa film-film semacam ini dapat membuat penontonnya lebih bahagia.
Riset yang dipimpin professor komunikasi Silvia Knobloch-Westerwick ini melibatkan ratusan mahasiswa yang diminta untuk menonton Atonement, film tahun 2007 yang berakhir dengan kematian yang memisahkan kedua tokoh utama. Sebelum dan sesudah menonton film ini, para mahasiswa diminta untuk mengisi kuesioner yang mengukur kadar kebahagiaan dan mood mereka.
Kuesioner juga diberikan sebanyak tiga kali selama film diputar untuk mengukur beragam emosi yang mereka rasakan, baik senang maupun sedih.
Setelah film diputar, para responden mengikuti sesi wawancara untuk mengetahui seberapa besar dampak film terhadap kehidupan mereka. Apakah film yang disaksikan mengubah persepsi mereka terhadap hubungan percintaan atau target hidup, juga termasuk dalam daftar pertanyaan yang diajukan.
Seperti diberitakan Daily Mail, Kamis (12/4), para peneliti menemukan film yang berakhir tragis dapat mengubah mood menjadi lebih baik karena para penonton mengambil aspek positif dalam film dan merefleksikannya dengan kehidupan mereka sendiri. Dampak positif ini tidak dirasakan orang-orang yang cenderung egois dan memiliki pemikiran bahwa kehidupan mereka tidak setragis sang tokoh dalam film.
“Film sad-ending selalu menceritakan kisah cinta sejati. Hal ini menggiring para penonton untuk memikirkan orang-orang yang mereka cintai dan merasa semakin jatuh cinta,” tutur Knobloch-Westerwick.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar